Kamis, 28 Juli 2011

Bulan Ramadhan Tempat “Cari Muka” Kepada Tuhan?

Bulan Ramadhan adalah bulan suci sebagai tempat pensucian diri untuk menahan hawa nafsu baik itu hawa nafsu amarah, syahwat ataupun dari nafsu untuk makan, minum, korupsi dan sebagainya. Sejatinya setelah tergembleng diri dengan puasa di bulan Ramadhan membuat diri menjadi lebih baik, terlahir manusia baru yang selalu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Namun ternyata masih banyak yang memanfaatkan bulan Ramadhan hanya sebagai tempat “cari muka” kepada-Nya. Ramadhan selesai maka selesai pula semua atribut dan tingkah laku yang selama ini dilakukan di bulan Ramadhan. Tanpa bersalah kembali melenceng di jalan-Nya dan tak terasa efek yang diberikan Tuhan di bulan ujian menahan hawa nafsu.
Artis-artis yang biasanya memakai baju seksi hingga aurat terlihat, sejak bulan Ramadhan berganti kostum dengan menutupi segala lekuk tubuhnya. Setelah berakhir bulan Ramadhan maka ditanggalkannya pakaian itu dan kembali buka-bukaan dengan enaknya bahkan membuat film tanpa busana dengan embel-embel sebagai karya seni dan beragumen sebagai artis profesional harus mampu menerima peran apa saja.
Aparat pemerintah menjelang dan selama bulan Ramadhan begitu gencarnya merazia hotel dan diskotik dengan alasan klasik demi menghormati bulan suci, tapi setelah berakhir bulan suci kembali pula geliat gemerlap malam dan desahan suara khas dalam hotel  kembali bergema karena razia pun tak akan kunjung digelar kembali.
Para mucikari Doli beserta stafnya yang suka membuat hasrat laki-laki overheat pada tahun ini telah berkomitmen untuk tidak membuka lapak syahwat pada bulan Ramadhan tapi setelah bulan suci .... ga janji lah yau .... Mungkin mereka berpendapat “sebelas bulan melakukakan maksiat dapat terhapus dengan puasa selama satu bulan”...hiks...
Marhaban ya Ramadhan .......... Selamat datang bulan Ramadhan bulan yang penuh berkah sebagai tempat mensucikan diri. Sebulan penuh berpuasa dan semoga memberikan imbas di sebelas bulan selanjutnya. Nuansa Ramadhan semoga selalu hadir di setiap bulannya mewarnai kehidupan manusia di muka bumi ini. 
.
.

Rabu, 27 Juli 2011

Pelacur : Ini Saatnya “Melacurkan Diri”


Bertahun-tahun aku terlelap dalam nikmat dunia, nikmatnya dunia hitam yang penuh kesenangan semu. Tawa canda, kepulan asap rokok, hingar bingarnya dentuman musik hingga minuman keras yang akhirnya berujung pada hubungan badan telah ku lalui. Ya ...... aku adalah sang pelacur yang melacurkan diri untuk lelaki hidung belang demi beberapa lembar uang.
Uang telah mengalahkan akal sehatku dan uang membuatku rela untuk mengangkang demi kepuasan sesaat kaum Adam yang menyimpang. Torehan dosa telah aku tancapkan berulang kali hingga aku merasa malu kepada bro ’Atid yang selalu sibuk mencatat perbuatanku dibandingkan bro Rakib yang relatif santai-santai saja.
Dalam surau yang kecil ini, menjelang bulan Ramadhan aku bertekad untuk “melacurkan diri” kepada-Mu sang penguasa jagad raya. Aku bersujud pada-Mu, ku serahkan tubuh ini lima waktu sehari untuk-Mu dan bangunkanlah aku pada dini hari untuk melayani-Mu hingga menjelang pagi. Aku tahu dosaku terlalu banyak dan masa laluku terlalu kelam, tapi terimalah layanan spesialku hanya untuk-Mu untuk mendapatkan lembaran keridhaan-Mu. Amin ..................
.
.

Rabu, 20 Juli 2011

Pantun by Nazarudin from Persembunyian

 Kalau tuan jalan ke hulu
Carikan daku buah kuweni
”Nyanyianku” memang tidaklah merdu
Tapi mampu menggoyangkan negeri ini
 .
Kue cucur baunya harum
Dimakan sambil mendengarkan lagu Dedi Dores
Demi sang jagoanku Anas Urbaningrum
Uang APBN ku bawa untuk kongres
 .
Jalanan di Puncak berliku-liku
Tak berhati-hati terkena paku
Tak ada Rp. 1,- pun uang korupsi dalan rekeningku
Entahlah kalau rekening isteriku
 .
Orang kaya selalu berseri-seri
Sering berbelanja di mall berlama-lama
Aku dikorbankan partai sendiri
Tak ingatkah kita korupsi bersama-sama
 .
Canda ria sambil berseloroh
Membuat ceria muka yang kusam
Aku bukan Gayus yang bodoh
Aku pulang pastilah ditangkap dan dibungkam
 .
Men sana in corpore sano
Aku ngomong ke sana
eh ..... Anas ngomong ke sono
(hehehe .... bingung khan)
.
Terompet ditiup menghilangkan sunyi
Malam terasa indah diterangi bulan
Dalam persembunyian aku ”bernyanyi”
Semoga terhibur kawan sekalian
 .

Senin, 18 Juli 2011

Kau Telanjang di Hadapanku dan Aku Terpaku

Hujan di luar begitu derasnya, suara halilintar bersahutan dan hawa dingin menyeruak ke dalam ruangan. Aku duduk di ruang tamu menunggu pujaan hati datang menghampiriku. Ku tatap sekeliling ruangan, terlihat foto tergantung menghiasi dinding yang berwarna cream itu. Terpampang foto kekasihku yang tersenyum, oh ..... sungguh cantiknya.
“Maaf ya kak agak lama menunggu”, terucap dari bibir yang fotonya tergantung di dinding  itu. Aku sedikit kaget, ku perbaiki posisi dudukku dan ku tatap wajahnya sambil berujar “kamu cantik sekali hari ini”. “Ah biasa aja kali”, begitu jawabannya sambil tersipu-sipu.
Pembicaraan berjalan dengan serunya, ada tawa, ada canda dan tak terasa kami saling berpandangan. Entah apa yang dia pikirkan tapi dalam pikiranku aku paling beruntung mendapatkannya. Tak kuasa tangan ini memeluknya, ku kecup keningnya dan tak terduga tangannya menyambar pipiku dan dikulumnya bibirku dengan nafsunya. Aku menghindar, ku dorong posisi dudukku menjauhinya dan aku berkata, “sudahlah sayang, aku tidak ingin terlalu jauh dalam berbuat, bukan aku munafik tapi sabarlah toh minggu depan kita akan menikah”.
Gadisku berpindah posisi duduk dan dia pun mulai menangis, “kakak tidak sayang aku, aku tahu kakak hanya kasihan kepadaku setelah kakak tahu keperawananku tercabik oleh pemerkosa sialan itu”. Tangisannya menggema di dalam ruangan membuat aku bingung apa yang harus aku lakukan. “Tapi bukan cara seperti ini sayang, aku ingin di malam pernikahan barulah kita tumpahkan rasa yang terpendam ini”,  kataku sambil mencoba mendekatinya. “Kesucianku telah hilang kak, apa bedanya minggu depan dengan sekarang. Aku kasihan terhadap kakak, ini bukti cintaku padamu”, sambil berucap dia lepaskan kancing bajunya satu persatu hingga tersembul buah dadanya yang menggoda.
Aku terdiam dan menatap gadisku yang sudah tanpa busana. “Arghhh......sudah hentikan semua ini sayang, pakailah pakaianmu, aku tidak peduli masa lalumu, aku tidak ingin mematri dosa di rumahmu ini”, ucapku dengan nafas agak tertahan. Gadisku menunduk dan aku beranjak dari tempat dudukku, “berpakaianlah.... aku ke kamar mandi dulu ya sayang, membasuh muka menghilangkan kegalauan ini”, aku katakan kepadanya dan diapun mengangguk tanda mengerti.
Dalam kamar mandi ku tatap wajahku di cermin, terlihat pucat pasi tanpa darah mengalir, ku buka kran di wastafel dan  ku basuh mukaku. Aku benturkan kepala ini pada dinding kamar mandi, ada penyesalan dan pikiran lain yang berkecamuk. Di sudut kamar mandi itu ku lihat sepotong sabun berwarna merah, ku buka sleting celanaku dan kuhayalkan kejadian tadi menjadi kenyataan hingga aku terlemas dalam imajinasi semuku.
Aku bergegas keluar dari kamar mandi, ku lihat gadisku sudah berpakaian dan dia pun berkata, “maaf kan aku kak, aku lakukan tadi karena aku sayang kakak dan aku tidak ingin ditinggal kakak”. “ya sayang .... aku maklumi itu, aku pamit pulang dulu”, aku katakan kepadanya. Dia raih tangan kananku dan dikecup tanganku, aku lambaikan tangan dan kakiku bergegas keluar rumah itu. Dalam perjalanan diringi rintikan air hujan, aku urai rangkaian peristiwa itu, aku tidak mengerti mengapa kejadian itu bisa terjadi dan yang lebih membingungkan lagi aku tidak memahami apa yang telah aku lakukan.



Mengais Rejeki dengan Menjadi Seorang Koruptor

Anakku sayang yang sedang terlelap diselimuti malam, papa sayang kamu dan keluarga hingga papa rela menghabiskan waktu untuk mencari uang demi kebahagian kalian. Papa lakukan ini agar kau bahagia, mempunyai kehidupan yang baik dengan bersekolah di tempat yang baik juga. Kalian dihargai oleh tetangga, saudara dan tak ada orang yang meremehkan keluarga kita.
Gaji seorang PNS sangatlah kecil nak, dapat gajian langsung sudah habis bayar ini dan itu. Tak ada jalan lain selain sikut sana sini berkolusi dengan orang lain demi mendapatkan lembaran uang. Orang bilang itu korupsi atau koruptor orang yang melakukannya. Papa dulunya berprinsip tidak akan korupsi tapi sistem yang membuat papa melakukan itu. Bagaimana bila atasan memerintah seperti itu, sungguh beban moral yang besar untuk melakukannya nak.
Anakku sayang yang sedang terlelap diselimuti malam, di kantor ada anekdot ”kalau jujur ancur” dan banyak dari teman-teman papa yang merasakan itu yang akhirnya berimbas morat maritnya ekonomi dan keutuhan keluarga. Biarlah dosa ini papa tanggung karena Tuhan pasti tahu bagaimana cinta papa kepadamu dan ibumu.
Nak...... papa tidak mungkin korupsi sendiri tapi itu berjamaah. Papa ini hanya anak buah yang menjalankan perintah atasan yang atasannya diperintah atasannya lagi begitu seterusnya. Nikmatilah nak hasil korupsi papa ini, hiraukan orang berkata apa sebenarnya mereka hanya iri saja. Coba saja jika mereka menjadi PNS di tempat papa pasti mereka juga akan korupsi.
Anakku sayang yang sedang terlelap diselimuti malam, dalam hotel prodeo yang pengab ini papa berikan harta untukmu demi kehidupanmu kelak. Carilah sekolah yang baik, tuntutlah ilmu setinggi-tingginya dan jadilah manusia yang sukses. Jangan ikuti jejak papa yang salah, papa masuk di sini pun untuk menutupi kesalahan atasan dan teman-teman papa kalau papa bongkar mungkin tidak cukup ruangan ini menampungnya.
Jadilah anak yang baik nak, papa korbankan raga ini untukmu dan jangnlah papa kau benci. Papa sayang kamu dan janganlah kau menjadi koruptor.


Minggu, 17 Juli 2011

Aku memang Pelacur Mas .......

Malam yang gelap dengan hembusan angin yang kencang dan terkadang suara gemuruh halilintar tak dihiraukan oleh sepasang manusia di dalam sebuah ruang losmen. Waktu menunjukkan jam dua dinihari, sepasang manusia beradu desah, mengumbar nafsu dan menambah pundi-pundi dosa dalam kehidupannya.
“Aku memang seorang pelacur mas”, itu ucapan yang terlontar dari wanita itu setelah sekian lama hanya desahan yang terdengar. Lelaki dengan tubuh yang tegap dengan dihiasi kumis tipis di atas bibirnya berucap, “tapi aku sayang kamu, apapun akan aku lakukan demi kamu”.
“Gombal, semua lelaki banyak yang mengatakan itu mas dan kamu yang sekian ratus yang meniduriku yang berkata itu. Bagaimana dengan anak isterimu, aku walaupun pelacur masih punya perasaan. Wanita mana yang ingin dimadu mas”, wanita itu beranjak dari tempat tidur dengan membungkusi tubuhnya dengan selimut.  Lelaki itu diam, entah apa yang dipikirkannya. Di tatap langit-langit losmen mungkin terbayang anak isterinya yang menunggunya di rumah.
Lelaki itu nampaknya sangat mencintai wanita yang sedang duduk di meja rias yang tubuhnya terbungkus selimut warna putih. Ada rasa iba, ada nafsu dan ada rasa sayang yang menyelimuti pria berkumis tipis itu kepada sang wanita pujaannya.
“Aku memang seorang pelacur mas, itu aku lakukan demi suami dan anak-anakku. Aku jual aset tubuhku atas perintah suamiku, apakah aku marah? Aku rela melakukan ini demi kebahagian mereka walaupun sungguh perih hati ini. Aku tahu kamu ingin bebaskan aku dari jurang hitam ini, terimakasih mas aku tetap cinta keluargaku, aku tak akan khianati suamiku”, kata ini terlontar dari wanita itu sambil diiringi isakan tangis yang memilukan.
Lelaki itu kembali diam dan beranjak dari tempat tidurnya untuk memakai pakaian. Perempuan itu tersenyum ke arahnya setelah isakan tangisan dia hentikan, di dekati lelaki itu, dipeluknya hingga kain yang menutupi tubuhnya terlepas. Bibir tipis wanita itu berkata dengan lirih, ”ini bonus untuk mas”.
Malam kembali ramai seramai desahan dalam ruang losmen, setan tertawa, malaikat mencatat dan suara azan Subuh berkumandang memanggil mereka untuk bersujud kepada-Nya.
.
.

Sabtu, 16 Juli 2011

Keponakanku yang Menggairahkan

Aku adalah seorang anak perempuan dan usiaku baru beranjak 17 tahun. Beban hidup yang berat membuat aku menjadi cepat dewasa. Belitan ekonomi membuat ibuku menjadi pelacur dan itupun yang menyuruh adalah bapakku. Aku ingin berterik entah apa yang akan aku teriakkan.
Ayahku seorang yang pemalas, tidak ingin kerja tapi ingin dapat uang. Kerjanya hanya mabuk-mabukan dan menguras harta warisan orang tuanya. Hingga harta warisan tak tersisa dan akhirnya menjerumuskan ibuku ke dalam lembah hitam.
Aku harus menanggung empat adikku sedangkan dua kakakku sudah menikah. Sering ku lihat Ibuku datang ke kontrakan dengan tertawa-tawa dan membawa laki-laki yang berbeda-beda. Entah apa yang mereka lakukan yang kutahu ibu akan menunjukkan lembaran uang ketika kami berkumpul.
“Aku adalah anak pelacur om, apakah om mendengar ceritaku?”, kata gadis itu yang berambut panjang sedikit kusut dengan wajah oval dan terlihat cantik. Dengan sedikit gugup ku jawab, “ya om mendengarnya, sayang”. Ku peluk gadis itu dan ku kecup keningnya. “om ..... kita ulangi lagi mengukir dosa didinginnya malam ini”, pintanya dengan nada menggairahkan. Ruang kecil ukuran 2x3 meter menjadi saksi antara aku dan keponakanku bergumul dalam dekapan dosa hingga menjelang pagi. Ahhhhhh..........
.
.