Rabu, 31 Agustus 2011

Aku Pegang Anumu Kau Pegang Anuku


Dalam ruang kamar dalam kesendirian, pikiranku melayang pada kejadian seminggu yang lalu di kantor. Menyesal juga sih melihat tingkahku terhadap teman wanita di kantorku. Sebenarnya hanya bersifat becanda tapi akhirnya membuat dia marah dan sampai liburan kantor hari Raya tak pernah kami tegur sapa.


Memang hal yang biasa kalau istirahat kantor biasanya kita saling ngobrol ngalor ngidul dan diselingi saling ejek-ejekan yang bersifat becanda, mungkin hatinya temanku ini kurang “fit” menerima olok-olokan aku sehingga membuatnya marah. Padahal biasanya olok-olokanku sekasar apapun dia cuma tersenyum dan balas saling mengejek. Parahnya lagi semakin dia marah semakin jahil aja mulut ini dan berkata, “wah kamu cantik kalau lagi ngambek seperti itu” dan teman-teman pun mengiyakan “iya bener tuh …..”. Jadilah si dia semakin ngambek, mungkin biar kelihatan cantik terus kali … hehehe.


Sudah aku niatkan malam selasa dimalam takbiran aku akan ke rumahnya dan memang kebetulan rumahnya dekat dari rumahku, aku akan meminta maaf atas kejadian kemarin. Karena Lebaran terkena “delay” terpaksa deh aku “cancel” juga meminta maaf kepadanya karena menurutku waktunya belumlah tepat.


Oh ya sedikit tentang “delay” Lebaran, banyak lho yang pada kecewa. Ibu-ibu begitu kecewanya karena ketupat dan opor ayam sudah jadi sedangkan lebaran diundur, jadilan lebaran tahun ini ketupat dan opor ayamnya “bekas kemarin” cuma dihangatkan. Anak-anak juga kecewa karena hayalan untuk memakai baju baru dan mendapat uang lebaran sirna untuk sementara waktu. Sebenarnya yang lebih beratnya lagi adalah niat untuk berpuasa kembali karena suasana hati sudah merasa hari Raya.


“Kembali ke laptop”, begitu kata Tukul. Malam rabu dimalam takbiran (yang pasti jadi lebaran kali ini) aku pakai baju terbaru beli di pasar malam dan sedikit semprot parfum si nyongnyong aku berangkat dengan keteguhan hati ke rumah teman wanitaku untuk meminta maaf atas kejadian kemarin.


Tok … tok … pintu rumah aku ketok dan aku disambut seorang gadis cantik tinggi semampai dengan rambut panjang terurai. “eh…ngapain loe ke sini”, sedikit ketus sang gadis berkata tapi kecantikannya menurutku tetaplah terlihat. Aku tatap wajahnya dan dia pun menatap wajahku, gejolak hati ini begitu bergemuruh entahlah yang ada di hatinya. Aku lemparkan sedikit senyum khasku dan tak kusangka dia membalas senyuman yang terindahnya. Malam ini dia begitu cantik hingga niat ini semakin nyata untuk aku ungkapkan.


Aku beranikan diri menyentuhnya dan dia pun balas menyentuhku, aku pegang anunya dan otomatis kau pegang anuku. Aku goyang dan kau ikut goyang, kami berdua tersenyum tanpa berdosa karena itulah cara kami berdua saling bersalaman untuk saling bermaafan dihari yang fitri ini. Jabatan tangan telah terlaksana, maaf telah terucap dan hari ini kita arungi kehidupan baru dengan hati yang bersih dengan menoreh hari-hari dengan kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar