Dikabarkan malam ini kongres PSSI di Pekan Baru Riau dibatalkan karena terjadi kericuhan di dalam kongres. Kembali organisasi PSSI menjadi head line berita baik media cetak, radio maupun televisi. Tidak ada organisasi selain PSSI dalam naungan KONI yang seheboh ini. Sangat miris rasanya berita tentang PSSI selalu saja berujung tentang Ketua Umumnya bukan prestasi yang telah diraih.
Mungkin pemilihan singgasana Ketum PSSI lebih ramai dibanding pilkada bahkan pilpres. Adakah korelasinya menjadi Ketum PSSI otomatis menjadi terkenal, menambah pundi-pundi kekayaan dan dilirik oleh partai politik. Inikah tujuan yang hendak dicapai atau hanya imbas menjadi Ketum PSSI.
Ketum PSSI yang sekarang adalah berlatar belakang pengusaha dan juga berpolitik. Bagi saya sebagai seorang yang mencoba menjadi pengusaha, sangatlah disibukkan dengan urusan kerja terkadang ada undangan sedekah saja bisa tidak datang. Bagaimana seorang Nurdin mengatur jadwal kerjanya antara berbisnis, politik dan berorganisasi. Dalam pikiran saya tentulah jadwal perharinya sangat sibuk dan mengorbankan urusan keluarga. Salut untuk hal ini dan saya tidak mungkin bisa melakukannya.
Menjadi Ketum PSSI menurut saya pekerjaan amal karena yang saya ketahui menjadi ketum organisasi yang di bawah KONI seperti PBSI, PERCASI dan sebagainya dipilih orang yang terkenal dan mempunyai banyak uang. Dengan nama ketumnya terkenal mengundang banyak sponsor untuk terlibat dalam olah raga dan kalau pengusaha tentunya ketumnya sendiri yang menyumbangkan dana. Tapi ini sepertinya tidak berlaku di PSSI.
Saya hanya menyerukan kepada pengurus PSSI cobalah memberikan mandatnya kepada yang lebih muda dan nama-nama baru, janganlah nama pengurusnya sudah sering saya dengar dari saya sekolah SMP. Untuk Ketum PSSI sekarang namamu memang kampungan tapi berkat namamu Indonesia terkenal di dunia. Genggam terus jabatan itu jangan kau lepaskan, kalau perlu hingga sang malaikat mencabut nyawamu. Bila kau sadar baliklah harapanku ini. Untuk PSSI untuk INDONESIA.
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar